Sunday, September 27, 2009

G 20 dan Tata Dunia Baru

Dunia sedang bergerak menuju struktur baru. G 20 resmi menggantikan G 8. 20 negara maju dan berkembang bakal menjadi penentu kebijakan-kebijakan berpengaruh di tingkat dunia. Ekonomi menjadi pintu masuknya.

Inilah kesempatan emas Indonesia untuk memainkan peran penting di percaturan dunia. Syaratnya, kondisi dalam negeri harus semakin baik: secara politik, ekonomi, tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan sosial.

Banyak hal yang bisa Indonesia mainkan di tingkat dunia. Karakteristiknya sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, negara demokrasi ketiga terbesar dan pasar dalam negeri yang besar memungkinkanya untuk terus bergerak bangkit menjadi pemain dunia yang diperhitungkan.

Kita sudah di jalur yang benar. Kita hanya perlu kerja lebih keras untuk mempercepat langkah kita di jalur ini...

Sunday, April 5, 2009

Optimisme Bersyarat

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di London School of Economics, sehari sebelum KTT G20 di London belum lama ini, menyampaikan optimisme soal masa depan Indonesia. Dalam sepuluh tahun berdemokrasi, Indonesia berhasil membuktikan harmoni demokrasi, Islam dan modernitas; menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia; mencapai pertumbuhan ekonomi yang lumayan dan menjadi pemimpin di negara-negara Asia Tenggara.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, di blognya di Kompasiana, bahkan lebih optimis lagi. Beliau menyebut Indonesia menjadi negara yang paling lumayan kuat bertahan dari pukulan krisis dunia sekarang ini. Thailand dan Filipina masih labil kondisi politiknya; Jepang menurun drastis ekspor barang mewahnya. Sementara Indonesia masih bisa bertahan karena ekspornya adalah bahan-bahan dasar yang menjadi kebutuhan dunia seperti kopi, minyak sawit, dll.

Ada nada opitimisme. Memang secara nyata Indonesia berubah. Tapi masih jauh dari harapan rakyat banyak. Rakyat masih banyak yang miskin, tidak punya rumah, tidak punya pekerjaan, tidak berpendidikan dan seterusnya. Mestinya, harus diturunkan sedikit klaim-klaim, karena membikin mimpi sangat mudah sementara membuat kenyataan perlu kerja keras.

Dua masalah paling besar sekarang ini masih: korupsi dan kesejahteraan. Demokrasi bisa dianggap cukup dulu lah. Tinggal disederhanakan dan dinaikkan kualitasnya agar tidak berbiaya sangat tinggi dan frekuesi pemilihan umum yang sangat banyak dan melelahkan rakyat.

Presiden yang Indonesia butuhkan sekarang dan dekade ke depan adalah yang bisa paling efektif memberantas korupsi dan paling cepat membangun ekonomi. Ketika anggaran negara tidak digerogoti koruptor dan ekonomi memberi nilai tambah yang terus mengalir, kita bisa membangun manusia dan infrastruktur Indonesia. Kita bisa membangun pendidikan, kesehatan, bandara, jalan raya, rel kereta dan seterusnya.

Friday, April 3, 2009

Mengganti Monopoli Dolar Amerika

Gubernur Bank Sentral China, Zhou Xiaochuan, mengusulkan mengganti Dolar Amerika sebagai satu-satunya mata uang yang memonopoli alat tukar internasional. Salah satu penyebab krisis global sekarang ini, menurutnya, adalah karena monopoli Dolar Amerika ini.

Jeffrey Sachs, penasehat khusus Sekjen PBB dan profesor di Universitas Columbia di Amerika, memungkinkannya. Ia menyarankan China berkerjasama dengan Jepang, Korea Selatan dan negara-negara Asia lain untuk membuat apa yang disebutnya "currency basket" untuk menggantikan US Dolar dengan alat tukar regional yang berlaku di kawasan Asia.

Paul Krugman di op-ed terakhirnya di New York Time menangkap alasan di balik usul China ini. China tidak ingin 70 persen dari 2 trilyun Dolar Amerika simpanan luar negerinya ikut ambruk bersama terus merosotnya nilai dolar. Penggantian dolar dengan latar niat seperti ini, menurutnya, tidak bakal terjadi dan dibiarkan oleh Amerika.

Istilah pasaran kita, mungkin, "kadal koq dikadalin".

Maka, kalau krisis ini terus berlanjut, dan diperkirakan akan beberapa tahun ke depan, China pun, dan negara-negara lain tentu, akan ikut menanggung akibatnya.

Namun yang jelas, kini dan ke depan, dominasi Amerika, terutama di pentas ekonomi global, akan pasti melemah. Boleh jadi, kalau kondisi nyatanya memungkinkan, Dolar Amerika yang sejak perang dunia kedua menjadi penguasa mata uang dunia, akan lengser dari tahtanya.

Apanya yang Baru?

Di atas kertas, angka-angka memang mencengangkan. 1 trilyiun dolar hendak dipakai untuk menyelamatkan dunia dari krisis global. Namun negara-negara besar kapitalislah sebenarnya yang sedang menyelamatkan diri sendiri.

Ketimbang mereformasi total sistem kapitalis, yang dilakukan negara-negara besar di pertemuan G20 adalah merestorasi sistem yang sama dengan pengetatan pengawasan terhadap lembaga-lembaga keuangan yang liar dan rakus.

Negara-negara miskin tetap miskin, bahkan bisa jadi semakin miskin. Dunia memang tidak mengenal rasa. Dunia hanya berpihak kepada yang kuat ketimbang yang lemah.

Seberapa lama lagi sistem kapitalis ini bisa bertahan? Paman Sam yang sekarang mengidap sakit yang seperti kanker, menggerogoti pelan-pelan ketahanannya, mencoba untuk mencari kawan menanggung bersama penderitaannnya, tapi berapa lama?

Para pengamat melihat krisis ini baru di tahap awal. Masih panjang perjalanan yang bakal di tempuhnya. Boleh jadi akan ada perubahan besar pada peta kekuatan dunia yang nanti akan diantarkannya. Sampai sistem dan tata dunia yang betul-betul baru muncul dan menguat di permukaan.

Wednesday, April 1, 2009

Perubahan Besar

Bersamaan dengan pertemuan G20 di London, ribuan orang di jalanan protes, marah dan menentang kapitalisme global.

Perubahan besar sedang bergerak. Amerika kelimpungan oleh ulah kaum kapitalisme yang serakah. Tsunami krisis ekonomi sedang menghantam negeri ini. Ombak besarnya juga menghantam eropa.

Kapitalisme sedang diuji angin besar sejarah, apakah mampu bertahan atau ambruk tidak lama lagi.

Perancis dan Jerman mengajukan koreksi serius terhadap sistem keuangan kapitalis. Peran negara diminta lebih kuat dan ketat. Mereka mengancam tidak akan menandatangi komunike G20 jika usul mereka tidak diterima.

China menjadi negara dengan posisi tawar ekonomi yang kuat di hadapan negara-negara kapitalis.

Para tokoh sosialis-demokrat pada saat bersamaan berkuasa di banyak negara Amerika latin. Brazil, Argentina, Venezuela, Bolivia dan negara-negara serumpun siap menjadi pemain yang semakin berpengaruh di pentas dunia.

Koreksi besar atau bahkan keruntuhan untuk kapitalisme global telah dan terus begerak menjadi kenyataan.

China

Resminya, pertemuan tingkat tinggi G20 yang akan dimulai besok, 2 April 2009, diikuti oleh 20 pemimpin negara-negara besar berpangaruh di dunia. Namun ada yang menyebutnya sebagai G2, merujuk ke Amerika dan China.

China datang ke London dengan suara yang sangat percaya diri. China tampil sebagai kekuatan ekonomi yang kelihatannya paling sehat dari negara-negara yang berkumpul. Simpanan luar negerinya yang lebih dari 2 milyar dolar menjadikanya banyak dimintai tolong oleh negara-negara besar untuk aktif menyelamatkan dunia dari krisis ekonomi yang lebih parah.

China bahkan mengusulkan agar pembayaran internasional tidak lagi dikaitkan dengan dolar Amerika. Perdagangannya dengan Argentina sudah tidak lagi dikaitkan dengan dolar, tapi langsung dengan Yuan.

Era Amerika kelihatannya tidak lama akan berganti menjadi era China.

Blog Ini

Blog ini ditulis untuk mengikuti soal-soal mutakhir di Indonesia dan Dunia Internasional.